Sabtu, 05 Januari 2013

Mitos dalam Filsafat



Filsafat berperan dalam dua dunia, yaitu dunia mikro dan makro. Yang dimaksud dengan dunia mikro adalah diri sendiri, jadi yang menguasai atau mempunyai dunianya adalah diriku sendiri bukan orang lain. Orang lain tidak berhak mengusik dunia mikro seseorang. Jika orang lain itu mengusik dunia mikro seseorang, itu sama artinya dengan menjajah dunia mikro seseorang tadi. Sedangkan yang dimaksud dengan dunia makro adalah alam semesta atau jagat raya ini. Jika dunia mikro adalah milik dari setiap individu dan dunia mikro itu mempunyai pemilik yang banyak dan kelangsungan dunia mikro itu berbeda-beda antara satu dengan yang lain, maka dunia makro itu bersifat universal. Dunia makro mutlak hanya mempunyai satu pemilik saja yaitu Tuhan YME. Dalam dunia mikro seseorang dikenal pula dengan istilah mitos, yang mana diri seseorang tersebut tidak bahkan belum pernah melihat, mendengar, maupun mengalami mitos itu sendiri. Namun ia percaya akan kebenaran tentang mitos tersebut. Mitos juga merupakan hasil dari intuisi.
Menurut Sejarahnya orang Yunani dewasa yang memperkenalkan mitos ke generasi mudanya. Orang Yunani yang dewasa lah yang berhasil membongkar mitos tersebut. Hal itu dikarenakan anak kecil belajar segala sesuatunya menggunakan miots yang telah disampaikan kepadanya. Singkat cerita, mitos itu adalah sesuatu kejadian atau hal yang tidak diketahui maknanya atau kebenaranya, namun melakukannya. Misalnya teorema Pythagoras, kita tidak tahu asal-usul teorema tersebut, namun guru mewajibkan kita menghafalkan dan mempelajarinya. Kita tidak tahu apa sebabnya Pythagoras memperkenalkan teorema tersebut kepada dunia, yang kita tahu adalah mitos yang berwujud teorema tersebut harus kita kuasai tanpa menggubris asal-usulnya. Siswa juga belajar dengan menggunakan metode mitos. Contohnya guru menjelaskan suatu rumus dan ada siswa yang bertanya asal-usul maupun kebenaranya rumus tersebut. Namun guru sering berkata “yang penting ini rumusnya, sekarang kerjakan soal”, “ya pokoknya begitu”, atau ekstrimnya “tidak usah banyak tanya”. Itu lah yang disebut dengan mitos di dunia pendidikan. Hampir 90% anak kecil itu belajar menggunakan mitos. Anak kecil belum sempat memikirkanya, karena daya pikirnya masih rendah. Contohnya manusia tidak bisa berjalan di atas air, namun anak kecil belum dapat memikirkannya kalau seandainya ia berjalan di atas air akan tercebur, yang bisa memikirkannya baru orang tua. Namun mitos tidak hanya berlaku bagi anak kecil saja, orang tua juga membutuhkan mitos. Orang tua membutuhkan mitos dalam ruang spiritual, contohnya dalam shalat. Jika seseorang shalat tidak tahu maknanya hanya ikut-ikutan saja, maka dibutuhkan mitos agar memahami makna dari setiap gerakan shalat, sehingga ibadah shalat lebih berbobot. Maknanya adalah menjalankan perintah Allah SWT yaitu berupa mendirikan shalat lima waktu. Namun, dalam ibadah, mengerti ataupun tidak mengerti tetap bernilai ibadahm karena nilai ibadahnya adalah keyakinan. Contohnya membaca Al-Qur’an, tahu tidak tahu artinya, kita tetap akan mendapatkan nilai ibadah saat membacanya, asal perlu ditambah dengan keyakinan bahwa Al-Qur’an yang kita baca adalah suatu kebenaran atas firman Allah SWT. Jika kita melakukan ibadah hanya berdasar pada ikut-ikutan saja, maka ibadah kita dalam filsafat disebut mitos, karena tidak tahu maknanya.
Pada jaman Yunani Kuno banyak mitos yang tersebar di masyarakatnya. Di sekitar kita pula sebenarnya banyak terdapat mitos, apalagi sebagai orang Jawa yang terkenal dengan mitologi jawa yang kental. Kita ambil contoh mitos kerajaan Pantai Selatan. Saat mitos itu begitu kental, maka terkadang kita sendiri merasa takut untuk mencari kebenarannya. Kita berusaha memikirkannya saja sudah merasa takut apa lagi ditambah untuk mencari kebenarannya. Jika kita mau menilik lebih jauh, sebenarnya kita sendiri dapat membuat mitos. Bersumber dari cerita Bapak Marsigit tentang kebun mangga milik beliau.
Alkisah pohon mangga milik Bapak Marsigit terkenal dengan buahnya yang lezat dan lebat. Tidak ada seorang pun yang memandang akan kuat menahan godaannya. Terkadang saat musim panen tiba, mangga hasil panen yang harusnya dapat dipanen 100% hanya dapat diambil 60% saja. Maka untuk menindaklanjuti perkara tersebut, Bapak Marsigit mempunyai gagasan untuk membuat mitos tentang kebun mangganya. Mitos yang dibuat adalah mitos tentang sesosok makhluk gaib yang dikenal dengan “genderuwo” yang menunggu kebun mangga. Mitos tersebut disebarkan kepada penduduk desa, dan alhasil berita makhluk gaib penunggu kebun mangga tersebar secara kilat. Perlu diketahui pula, bahwa mitos juga perlu dilakukan penguatan untuk lebih mendarah dagingkan mitos tersebut. Untuk itu Bapak Marsigit menindaklanjuti mitos yang telah beliau buat dengan cara membuat “action”. Suatu ketika ada rombongan pemuda-pemudi desa yang baru saja pulang dari masjid. Rombongan tersebut melewati jalan di dekat kebun mangga Bapak Marsigit. Action yang dilakukan dengan cara membuat seolah-olah pohon mangga bergerak sendiri, sehingga disinyalir memang terdapat makhluk halus di sana. Sontak rombongan pemuda-pemudi tadi langsung kabur tunggang-langgang. Mereka terperanjat kabur.
Hidup itu merentang antara dua kutub yaitu kutub yang ada dan kutub yang mungkin ada, antara yang terlihat dan yang tidak terlihat, antara yang konkret dengan yang gaib. Yakin bahwa yang gaib itu ada. Jangalah kita selalu berpikir yang rasional terus-menerus, karena yang tidak rasional pun ada di dunia ini. Setinggi-tinggi pikiran manusia tidak akan mungkin memecahkan hal yang berbau gaib. Caranya memecahkan yang gaib hanyalah dengan keyakinan, meyakini bahwa yang gaib ada di sekitar kita.
Takdir dan nasib merupakan bagian dari mitos juga. Takdir adalah sesuatu yang tidak dapat kita ubah, karena sudah dituliskan oleh Allah SWT. Namun nasib dapat kita ubah, asalkan dibarengi dengan ikhtiar dan tawakal. Kita diwajibkan berdoa mengharap keberhasilan untuk usaha kita. Namun terkadang doa kita belum terkabul juga, padahal saat itu kita benar-benar butuh suatu keberhasilan. Kita lantas bercermin mengapa doa kita belum juga dikabulkan. Setelah berpikir lebih dalam, ternyata yang telah lalu adalah yang terbaik bagi kita, karena sebenar-benarnya yang tahu mana yang terbaik untuk kita adalah Allah SWT. Jadi dari situ dapat kita petik makna bahwa tidak ada sesuatu walaupun sebesar zarrah pun, yang diciptakan di dunia ini tanpa ada manfaatnya. Semua itu adalah karunia Allah SWT bagi kita semua, hanya saja kita terlalu egois untuk selalu mengkesampingkan hal yang sepele tadi. Semau hal yang ada dan yang mungkin ada, secara spiritual merupakan karunia-Nya. Dari ilmu psikologi sering kita dengar ungkapan “kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda”.  Baru saja kita dengar bahwa Indonesia gagal lolos dari fase grup AFF 2012. Untuk sebagian kalangan, mungkin itu adalah suatu kegagalan yang sangat mengecewakan. Akibat dari kesemrawutan persepakbolaan di tanah air. Dengan adanya dua kubu yang saling berseteru, yang akhirnya membuat prestasi Indonesia di kancah sepak bola AFF merosot. Namun, jika kita yakin bahwa tidak ada sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT yang tanpa manfaatnya, maka kegagalan adalah sebuah karunia-Nya. Mungkin dengan kegagalan yang kita alami baru saja ini, dapat mengembalikan persatuan persepakbolaan Indonesia. Dengan kegagalan, usaha untuk menciptakan generasi sepak bola baru terus ditingkatkan. Dan akhirnya kegagalan ini memang akan menjadi suatu keberhasilan yang tertunda. Asalkan kita yakin bahwa kegagalan ini merupakan bagian dari rencana-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar