Sabtu, 05 Januari 2013

Menembus Ruang dan Waktu



Berfilsafat merupakan kegiatan olah pikir dalam arti sendiri, maupun bersama-sama, ada olah pikir pikiran Indonesia, olah pikir pikiran bangsa-bangsa, olah pikir dunia, dan lain-lain. Macam-macam filsafat bergantung pada obyeknya yang ada dan mungkin ada. Orang jaman dahulu pun telah mengenal filsafat, bahkan mereka pandai dalam berfilsafat. Filsafat orang dahulu adalah filsafat alam, sehingga banyak filsafat yang menyinggung tentang alam sekitar. Karena mereka sering berfikir tentang penciptaan suatu benda, contohnya bumi ini. Jika obyeknya tentang diri manusia maka filsafatnya adalah filsafat manusia, yang kemudian kita memikirkan lokasi dari manusia tersebut. Contohnya manusia itu di pulau Jawa maka filsafatnya adalah filsafat manusia Jawa. Macam filsafat yang lain adalah jika obyeknya merupakan hal-hal yang berkaitan dengan spiritual maka filsafat spiritual atau teologi.
Macam filsafat dapat dilihat lebih rinci mengenai lokasi obyek tersebut, di mana yang kita pikirkan, maka berfilsafat itu membagi menjadi dua macam yaitu obyek dalam pikiran dan obyek di luar pikiran. Obyek yang di luar pikiran itu merupakan hal yang dapat dilihat, didengar ataupun diraba. Obyek dalam pikiran bersifat abstrak yang artinya hanya kita sendiri yang dapat menggambarkan objek tersebut, contohnya handphone. Saat kita memejamkan mata dan membayangkan handphone tersebut, maka objek tersebut berada dalam pikiran kita. Objek dalam pikiran bersifat ideal dan tetap, yaitu benar menurut ilmu. Obyek pikir yang di dalam pikiran menghasilkan filsafat idealism. Tokoh filsafat idealism adalah Plato. Obyek yang di luar pikiran bersifat tidak tetap dan tokohnya adalah Aristoteles. Obyek pikir yang di luar pikiran itu menghasilkan filsafat realism.
Filsafat berdasarkan pada banyaknya obyek dapat dibagi menjadi tiga, yaitu monoisme, dualism, dan pluralism. Filsafat monoisme merupakan filsafat yang menganggap bahwa hanya ada satu yang benar yaitu kausa prima (Tuhan). Filsafat dualism ialah yang benar dua, sedangkan pluralism yaitu yang benar banyak. Macam-macam filsafat itu sebenarnya berdasarkan pada dimana, karakteristik dari obyek tersebut hingga sampai pada sejarah perkembangannya hingga filsafat modern atau filsafat kontemporer.
Dalam berfilsafat objeknya adalah ada dan mungkin ada. Obyek tersebut merupakan urusan manusia. Ia mempunyai keterbatasan dalam olah pikir dan merupakan rahmat dari Tuhan sehingga manusia tidak sempurna. Dari keterbatasan tersebut terdapat manfaat yaitu berupa perbedaan sehingga kita dapat membedakan. Contoh: kita tidak dapat hidup di air secara terus menerus karena kita dapat membedakan darat dan air, yang mana kehidupan kita. Segala hal yang ada dan mungkin ada sebenarnya membawa rahmat kepada kita jika mampu menggalinya dengan baik. Namun seperti kebanyakan dari kita yang tidak mampu bahkan mau menggalinya, sehingga sering kali kita berburuk sangka. Oleh karena itu, rasa syukur terus menerus saja masih kurang. Rasa syukur itu harus menjadi bagian dari kehidupan atau aktifitas sehari-hari, sehingga kita harus tahu bagaimana meningkatkan spiritual. Keterbatasan manusia dalam memikirkan dimensi ruang dan waktu menghambat penerapan rasa syukur kita akan rahmat Tuhan. Menembus ruang dan waktu jika dibayangkan hanya manusia super atau manusia luar biasa yang dapat melakukannya. Tetapi pengertian dari menembus ruang dan waktu adalah mengalami perubahan.
Ketika belajar filsafat, kita belajar secara professional yaitu secara intensif dan ekstensif. Kita harus memahami pikiran para biksu kemudian kita hubungkan atau kita korenspondensikan dengan pengalaman kita, sehingga upaya menembus ruang dan waktu itu berdimensi.Dimensi ruang adalah dimensi nol, dimensi satu, dimensi dua, dan seterusnya, tergantung kita memberikan nomor. Orang yang berilmu adalah orang yang mengetahui ruang dan waktu sesuai dengan tempatnya. Jika ada orang yang berkhutbah dimana-mana tanpa tahu tempatnya maka ia merupakan orang gila.
Manusia pun sebenarnya dapat menciptakan dimensinya sendiri, yaitu ruang dimensi satu dan dua. Kita juga dapat memahami ruang dimensi satu karena kita mempunyai ruang dimensi dua, memahami ruang dimensi dua karena mempunyai ruang dimensi tiga dan seterusnya. Orang matematika dapat memahami hingga ruang dimensi-n karena mereka menggunakan intuisi. Kemudian dikembangkan lagi sehingga kita mempunyai ruang kaum kapitalis, dimana hierarki dari bawah yaitu : ruang archaik, tribal, tradisional, teodal, modern, pos modern dan pos pos modern atau kapitalis.
Ketika belajar kita berhadapan dengan visi kita, yaitu menempatkan spiritual di paling atas, tiada dalam kehidupan ini terbebas dari unsur spiritual karena merupakan pendirian kita. Kita juga harus menghadapi masalah dunia yaitu kapitalis, utilitarian, pragmatisme, dan hedonisme.  Kapitalisme adalah pandangan mengenai segala sesuatu diukur dari laju ekonomi. Keberhasilan seseorang diukur dari keberhasilanya dalam ekonomi. Utilitarian adalah pandangan mengenai segala sesuatu itu diukur dari manfaatnya. Jadi ketika melakukan suatu hal maka kita harus apakah hal tersebut bermanfaat atau tidak. Contohnya Amerika yang menyerang Pakistan. Pragmatisme adalah hakekat budaya hidup cepat, praktis, dan tidak bertele-tele. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari atau mengejar kebahagian dan rasa senang, hanya mengejar kenikmatan dunia, lupa pada norma agama. Rasa senang itu bisa diperoleh jika menemukan sesuatu yang baru. Hedonism ini merupakan limbah dari kapitalisme. Contoh : perkawinan dan pernikahan dalam dunia Barat.
Metode dalam menembus ruang dan waktu ada dalam pikiran subyeknya. Contoh : batu permata yang dipakai di tangan kita. Batu tersebut dapat menembus ruang dan waktu karena menempel di tangan. Agar kita mampu menembus ruang dan waktu, kita harus memahami tentang fenomenologi, fundalisme, dan anti-fundalisme. Fenomenologi  merupakan  pikiran para biksu. Hal ini paling banyak digunakan oleh orang matematika karena dasarnya adalah abstraksi dan idealism. Abstraksi adalah memilih atau reduksi, sesuai dengan kodrat manusia. Contoh : manusia dilahirkan dari seorang ibu yang telah dipilih oleh Allah SWT bukan kita. Selanjutnya adalah Fundalisme. Semua makhluk beragama adalah kaum fundamental karena menetapkan Tuhan sebagai kausa prima yaitu sebab dari segala sebab, tidak ada sebab yang lain, sebab utama dan pertama. Selain itu karena mempunyai fundamen atau permulaan. Ilmu matematika tercipta berdasarkan definisi, sehingga orang matematika jug disebut kaum fundamental. Hakekat manusia adalah fundamen, tetapi hanya separuhnya karena semua manusi memiliki keterbatasan, sebagian besar tidak mampu mengenali permulaan.
Jika fundamental berdasarkan atas definisi, maka anti-fundamental lebih berdasarkan kepada intuisi. Contoh : kapan dimulainya pagi, siang atau malam? Sejak kapan dapat membedakan besar kecil? Tidak ada orang yang bisa mengatakanya kapannya. Apa yang disebut dengan 2? Jawabannya bermacam-macam, ada bilangan prima, bilangan genap, hasil dari 3-1 dan lain-lain. Ini merupakan jawaban yang salah karena kita tidak perlu mendefinisikan bilangan 2. Penyebab dari permasalahan dalam pendidikan matematika adalah para calon guru seperti kita ini yang kehilangan intuisinya. Maka manfaat dari belajar filsafat adalah merebut kembali intuisi yang hilang, tidak perlu definisi karena sudah ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar