Sabtu, 05 Januari 2013

Filsasatku



Cakupan ilmu filsafat lebih luas dari cakupan bidang ilmu lainnya. Karena filsafat dapat diterapkan dalam berbagai hal. Selain itu, yang membuat cakupan filsafat sangat luas karena meliputi hal yang ada dan yang mungkin ada. Bahkan cakupan ilmu matematika yang notabenya sebagai ratu dari segala ilmu pengetahuan masih kalah luas cakupannya. Filsafat, selain memiliki cakupan yang luas juga dikenal sangat sopan dan santun terlebih terhadap ruang dan waktu. Hal yang membedakan antara filsafat dengan bidang ilmu lainnya adalah terletak pada kerangka berfilsafat. Kerangka berfilsafat, yaitu secara ontologism, epistimologis dan empiristis. Filsafat merupakan hasil olah fikir para filsuf yang bersifat intensif dan ekstensif, yaitu dalam sedalam-dalamnya dan luas seluas-luasnya. Kerangka berfilsafat yang ekstensif tersebut mengakibatkan pandangan yang berdimensi. Filsafat merupakan suatu kajian ilmu oleh para filsuf yang didasarkan pada berbagai dimensi sudut pandang yang berbeda-beda. Seperti yang dikatakan di atas, bahwa objek filsafat meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Hal itu membuat cakupan filsafat sangat luas. Segala yang ada dan yang mungkin ada tersebut belum dapat dikategorikan sebagian dari ciptaan Tuhan, karena masih banyak ciptaan Tuhan yang lainnya, misalnya keyakinan manusia. Keyakinan ini tidak dapat dikategorikan menjadi sesuatu yang ada ataupun menjadi sesuatu yang mungkin ada, karena keyakinan berada di luar konteks tersebut.
Selama ini kita sering mendengar istilah pro dan kontra. Adanya pro dan kontra merupakan suatu hal yang wajar dan sudah menjadi kodrat. Kodrat yang akan selalu ada dan saling memberi keseimbangan, seperti siang-malam, tua-muda, pria-wanita, benar-salah, dan lainnya. Demikian pula ada pro, pasti ada kontra-nya. Pro dan kontra yang terjadi dalam fikiran manusia dapat menimbulkan suatu ilmu, sedangkan pro dan kontra yang terjadi di dalam hati manusia merupakan godaan dari setan. 
Untuk dapat dikategorikan menjadi objek filsafat ada empat tingkatan yang harus dipenuhi oleh suatu benda/hal. Adapun empat tingkata itu adalah tingkatan material, formal, normative dan spiritual. Jika suatu objek memenuhi keempat tingkatan tersebut, maka objek tersebut merupakan objek dalam filsafat. Namun jika belum mampu memenuhinya, maka objek tersebut hanya sebatas objek intuisionisme, yaitu objek yang dapat dipahami melalui intuisi. Contohnya adalah angin. Objek material dari angin adalah udara yang bergerak, dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Sedangkan objek formalnya seperti angin topan, angin ribut, puting beliung, tornado, dan lainnya. namun objek normative dan spiritual untuk angin tidak ada, sehingga manusia dikategorikan sebagai kaum intuisionisme terhadap angin, karena tidak mampu mendefinisikan tentang angin.
Perceraian dapat dikategorikan sebagai objek filsafat yang memenuhi syarat. Objek perceraian dari segi material adalah suami atau istri. Dari segi formal, perceraian sangat jelas diatur dalam undang-undang. Dilihat dari segi normative, perceraian bukanlah hal yang baik, dan dapat dikategorikan sebagai hal yang kurang baik atau “buruk”. Dilihat dari segi spiritual, Tuhan sangat tidak menyukai orang-orang yang bercerai. Dari penjabaran tersebut, perceraian merupakan salah satu objek dalam berfilsafat.
Setiap pertandingan pasti ada kodratnya sendiri yang tidak dapat dihilangkan, yaitu menang atau kalah. Saat menang itu karena hasil ikhiar dan tawakalnya. Ada kalanya seseorang mengalami kekalahan, namun kekalahan tersebut hendaknya dapat mendorong seseorang untuk segera bangkit dan tidak justru semakin terpuruk. Ada dua cara dalam menyikapi kekalahan agar tidak membuat kita semakin terpuruk, yaitu dengan cara ikhtiar atau berusaha dan berdoa. Setiap hal yang ada dan mungkin ada di dunia ini dapat dijadikan sebagai motivasi. Sebagai contoh, ketika kita melihat orang yang kurang beruntung. Hal ini dapat kita jadikan sebagai sarana introspeksi diri, bahwa kita masih lebih beruntung daripada mereka yang kurang beruntung. Selain itu, semangat dari orang yang telah pernah mengalami keberhasilan juga sangat kita perlukan, agar kita kembali memiliki keyakinan bahwa kita juga pasti bisa berhasil, Hal ini merupakan cara untuk kemballi menumbuhkan semangat kita setelah mengalami kekalahan atau kegagalan. Demikian ini refleksi yang dapat saya buat tentang perkulihan filsafat matematika. Selamat berfilsafat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar