Sabtu, 05 Januari 2013

Hermenetika Filsafat



Istilah Hermenetika tidak hanya digunakan dalam filsafat saja, namun dalam segala hal terutama yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Misalnya hermenetika hidup, hermenetika pembelajaran matematika, hermenetika berkeluarga, dan lainnya. Hermenetika memiliki dua unsur dasar, yaitu lurus dan melingkar. Dikatakan lurus karena kita tidak pernah mengulangi hal yang sama semuanya menembus ruang dan waktu. Dan dikatakan melingkar karena adanya interaksi. Bahkan sebuah batu pun dapat dikatakan menembus ruang dan waktu, hanya saja batu tidak sadar akan hal tersebut, karena batu merupakan benda mati. Manusia memahami bahwa mereka menembus ruang dan waktu karena manusia memiliki kesadaran, walaupun masih rendah.  Hermenetika itu meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Dari hermenetika itu diharapkan kita menjadi manusia yang merdeka, punya kompetensi, konstektual, dan mengerti arti kehidupan. Namun, jika sudah sampai pada tingkat global kita sebaiknya harus hati-hati dengan “sampah” global. Sampah global berupa rusaknya moral masyarakat secara global. Dalam hal ini, kita harus kuat-kuat membentengi diri dari sampah global tersebut. adapun contoh sampah global seperti pernikahan sejenis, pembunuhan massal, monopoli, zionisme, korupsi, dan lain-lain. Dalam menghadapi masalah tersebut kita tidak boleh bersikap toleran, meskipun bangsa Indonesia dikenal dengan sikap toleransinya. Kepada koruptor kita tidak boleh mempebrikan roleransi. Untuk apa toleransi kepada seorang korupsi yang dengan nyata merugikan masyarakat semata demi memuaskan hasratnya kepada harta. Untuk apa memberikan toleran kepada orang yang menikah sesama jenis, bukankah itu sangat mengerikan. Perbuatan yang dapat merusak moral bangsa jangan diberikan toleransi. Karena jika diartikan dengan bahasa lain, sikap toleran merupakan hal yang bodoh. Misalnya perbuatan salah seorang mantan pejabat Malaysia yang dengan sengaja menghina Habibie. Sikap bangsa Indonesia sudah dapat ditebak yaitu pasti memberikan toleransi. Itulah sebab mengapa Malaysia sebagai contohnya selalu menghina Indonesia dengan perbuatan yang provokatif, terutama berkaitan dengan masalah perbatasan maupun warisan budaya. Sehingga sikap toleran kita dapat dikataka perbuatan yang bodoh, yaitu membiarkan orang lain menghina kita sedang kita mempuyai kekuatan namun tidak bisa menggunakannya. Sikap toleran dapat dihilangkan dengan menanamkan sikap fanatik, namun fanatik dalam batas-batas yang wajar. Contoh saja negara Jepang dengan sikap fanatik yang tinggi. Dengan sikap fanatik itu Jepang mampu menjadi bangsa yang unggul dan disegani.   
Matematika konkret adalah matematika yang ada dikehidupan nyata. Objeknya berada di sekitar kita. Seperti pohon, batu, dan lainnya. Namun, setelah kita gambar atau merubah dari dimensi tiga menjadi dimensi dua maka objek tersebut sudah menjadi model konkret yaitu sudah terkena manipulatif.
Membahas tentang presentasi Bapak Marsigit di Thailand tentang model belajar Iceberg.  Karena istilah iceberg yang kurang familiar di Indonesia, maka istilah iceberg diganti dengan istilah gunung Merapi. Gunung Merapi pernah erupsi pada tahun 2010. Hal tersebut disampaikan saat presentasi di Thailan tahun 2011. Dari kejadian tersebut diproleh pelajaran tentang pentingnya kita harus harmoni dengan alam. Fenomena tadi bila kita tidak siap maka akan menjadi bencana, namun bila kita siap kemungkinan akan menjadi hiburan. Sama halnya dengan matematika. Bila saat kita mengajar dan keadaan siswa belum siap maka proses belajar mengajar akan terhambat dan pasti menjadi bencana bagi siswa tersebut. Maka agar siswa merasa senang salah satunya kita harus siap. Kesiapan kita bisa dilakukan dengan berkomunikasi dengan siswa. Oleh sebab itu jelas mengapa kurikulum di Indonesia selalu berubah-ubah, karena belum ada kurikulum yang cocok, semuanya menjadi bencana bagi siswa. Masalah tersebut dapat juga dikarenakan intuisi siswa yang rendah. Intuisi itu harus didahului dengan kesadaran. Misalnya kita menutup mata, jadi kita tidak dapat menemukan pintu keluar, sehingga dapat dikatakan kita kehilangan intuisi ruang. Namun mengapa tidak ada masalah dengan orang buta, karena mereka telah memiliki intuisi ruang yang baik.
Dengan intuisi yang selalu digunakan maka akan terbentuk kategori-kategori dalam diri kita. Kategori tersebut yaitu kategori kuantiti, kualiti, relasi, dan regulasi. Intuisi bisa naik maupun turun. Intuisi akan selalu naik jika digunakan secara kotinu atau dengan bahasa lain semakin tajam bisa selalu digunakan. Dan sebaliknya akan selalu tumpul bila tidak pernah digunakan.  

Filsasatku



Cakupan ilmu filsafat lebih luas dari cakupan bidang ilmu lainnya. Karena filsafat dapat diterapkan dalam berbagai hal. Selain itu, yang membuat cakupan filsafat sangat luas karena meliputi hal yang ada dan yang mungkin ada. Bahkan cakupan ilmu matematika yang notabenya sebagai ratu dari segala ilmu pengetahuan masih kalah luas cakupannya. Filsafat, selain memiliki cakupan yang luas juga dikenal sangat sopan dan santun terlebih terhadap ruang dan waktu. Hal yang membedakan antara filsafat dengan bidang ilmu lainnya adalah terletak pada kerangka berfilsafat. Kerangka berfilsafat, yaitu secara ontologism, epistimologis dan empiristis. Filsafat merupakan hasil olah fikir para filsuf yang bersifat intensif dan ekstensif, yaitu dalam sedalam-dalamnya dan luas seluas-luasnya. Kerangka berfilsafat yang ekstensif tersebut mengakibatkan pandangan yang berdimensi. Filsafat merupakan suatu kajian ilmu oleh para filsuf yang didasarkan pada berbagai dimensi sudut pandang yang berbeda-beda. Seperti yang dikatakan di atas, bahwa objek filsafat meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Hal itu membuat cakupan filsafat sangat luas. Segala yang ada dan yang mungkin ada tersebut belum dapat dikategorikan sebagian dari ciptaan Tuhan, karena masih banyak ciptaan Tuhan yang lainnya, misalnya keyakinan manusia. Keyakinan ini tidak dapat dikategorikan menjadi sesuatu yang ada ataupun menjadi sesuatu yang mungkin ada, karena keyakinan berada di luar konteks tersebut.
Selama ini kita sering mendengar istilah pro dan kontra. Adanya pro dan kontra merupakan suatu hal yang wajar dan sudah menjadi kodrat. Kodrat yang akan selalu ada dan saling memberi keseimbangan, seperti siang-malam, tua-muda, pria-wanita, benar-salah, dan lainnya. Demikian pula ada pro, pasti ada kontra-nya. Pro dan kontra yang terjadi dalam fikiran manusia dapat menimbulkan suatu ilmu, sedangkan pro dan kontra yang terjadi di dalam hati manusia merupakan godaan dari setan. 
Untuk dapat dikategorikan menjadi objek filsafat ada empat tingkatan yang harus dipenuhi oleh suatu benda/hal. Adapun empat tingkata itu adalah tingkatan material, formal, normative dan spiritual. Jika suatu objek memenuhi keempat tingkatan tersebut, maka objek tersebut merupakan objek dalam filsafat. Namun jika belum mampu memenuhinya, maka objek tersebut hanya sebatas objek intuisionisme, yaitu objek yang dapat dipahami melalui intuisi. Contohnya adalah angin. Objek material dari angin adalah udara yang bergerak, dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Sedangkan objek formalnya seperti angin topan, angin ribut, puting beliung, tornado, dan lainnya. namun objek normative dan spiritual untuk angin tidak ada, sehingga manusia dikategorikan sebagai kaum intuisionisme terhadap angin, karena tidak mampu mendefinisikan tentang angin.
Perceraian dapat dikategorikan sebagai objek filsafat yang memenuhi syarat. Objek perceraian dari segi material adalah suami atau istri. Dari segi formal, perceraian sangat jelas diatur dalam undang-undang. Dilihat dari segi normative, perceraian bukanlah hal yang baik, dan dapat dikategorikan sebagai hal yang kurang baik atau “buruk”. Dilihat dari segi spiritual, Tuhan sangat tidak menyukai orang-orang yang bercerai. Dari penjabaran tersebut, perceraian merupakan salah satu objek dalam berfilsafat.
Setiap pertandingan pasti ada kodratnya sendiri yang tidak dapat dihilangkan, yaitu menang atau kalah. Saat menang itu karena hasil ikhiar dan tawakalnya. Ada kalanya seseorang mengalami kekalahan, namun kekalahan tersebut hendaknya dapat mendorong seseorang untuk segera bangkit dan tidak justru semakin terpuruk. Ada dua cara dalam menyikapi kekalahan agar tidak membuat kita semakin terpuruk, yaitu dengan cara ikhtiar atau berusaha dan berdoa. Setiap hal yang ada dan mungkin ada di dunia ini dapat dijadikan sebagai motivasi. Sebagai contoh, ketika kita melihat orang yang kurang beruntung. Hal ini dapat kita jadikan sebagai sarana introspeksi diri, bahwa kita masih lebih beruntung daripada mereka yang kurang beruntung. Selain itu, semangat dari orang yang telah pernah mengalami keberhasilan juga sangat kita perlukan, agar kita kembali memiliki keyakinan bahwa kita juga pasti bisa berhasil, Hal ini merupakan cara untuk kemballi menumbuhkan semangat kita setelah mengalami kekalahan atau kegagalan. Demikian ini refleksi yang dapat saya buat tentang perkulihan filsafat matematika. Selamat berfilsafat.

Filsasatku



Cakupan ilmu filsafat lebih luas dari cakupan bidang ilmu lainnya. Karena filsafat dapat diterapkan dalam berbagai hal. Selain itu, yang membuat cakupan filsafat sangat luas karena meliputi hal yang ada dan yang mungkin ada. Bahkan cakupan ilmu matematika yang notabenya sebagai ratu dari segala ilmu pengetahuan masih kalah luas cakupannya. Filsafat, selain memiliki cakupan yang luas juga dikenal sangat sopan dan santun terlebih terhadap ruang dan waktu. Hal yang membedakan antara filsafat dengan bidang ilmu lainnya adalah terletak pada kerangka berfilsafat. Kerangka berfilsafat, yaitu secara ontologism, epistimologis dan empiristis. Filsafat merupakan hasil olah fikir para filsuf yang bersifat intensif dan ekstensif, yaitu dalam sedalam-dalamnya dan luas seluas-luasnya. Kerangka berfilsafat yang ekstensif tersebut mengakibatkan pandangan yang berdimensi. Filsafat merupakan suatu kajian ilmu oleh para filsuf yang didasarkan pada berbagai dimensi sudut pandang yang berbeda-beda. Seperti yang dikatakan di atas, bahwa objek filsafat meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Hal itu membuat cakupan filsafat sangat luas. Segala yang ada dan yang mungkin ada tersebut belum dapat dikategorikan sebagian dari ciptaan Tuhan, karena masih banyak ciptaan Tuhan yang lainnya, misalnya keyakinan manusia. Keyakinan ini tidak dapat dikategorikan menjadi sesuatu yang ada ataupun menjadi sesuatu yang mungkin ada, karena keyakinan berada di luar konteks tersebut.
Selama ini kita sering mendengar istilah pro dan kontra. Adanya pro dan kontra merupakan suatu hal yang wajar dan sudah menjadi kodrat. Kodrat yang akan selalu ada dan saling memberi keseimbangan, seperti siang-malam, tua-muda, pria-wanita, benar-salah, dan lainnya. Demikian pula ada pro, pasti ada kontra-nya. Pro dan kontra yang terjadi dalam fikiran manusia dapat menimbulkan suatu ilmu, sedangkan pro dan kontra yang terjadi di dalam hati manusia merupakan godaan dari setan. 
Untuk dapat dikategorikan menjadi objek filsafat ada empat tingkatan yang harus dipenuhi oleh suatu benda/hal. Adapun empat tingkata itu adalah tingkatan material, formal, normative dan spiritual. Jika suatu objek memenuhi keempat tingkatan tersebut, maka objek tersebut merupakan objek dalam filsafat. Namun jika belum mampu memenuhinya, maka objek tersebut hanya sebatas objek intuisionisme, yaitu objek yang dapat dipahami melalui intuisi. Contohnya adalah angin. Objek material dari angin adalah udara yang bergerak, dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Sedangkan objek formalnya seperti angin topan, angin ribut, puting beliung, tornado, dan lainnya. namun objek normative dan spiritual untuk angin tidak ada, sehingga manusia dikategorikan sebagai kaum intuisionisme terhadap angin, karena tidak mampu mendefinisikan tentang angin.
Perceraian dapat dikategorikan sebagai objek filsafat yang memenuhi syarat. Objek perceraian dari segi material adalah suami atau istri. Dari segi formal, perceraian sangat jelas diatur dalam undang-undang. Dilihat dari segi normative, perceraian bukanlah hal yang baik, dan dapat dikategorikan sebagai hal yang kurang baik atau “buruk”. Dilihat dari segi spiritual, Tuhan sangat tidak menyukai orang-orang yang bercerai. Dari penjabaran tersebut, perceraian merupakan salah satu objek dalam berfilsafat.
Setiap pertandingan pasti ada kodratnya sendiri yang tidak dapat dihilangkan, yaitu menang atau kalah. Saat menang itu karena hasil ikhiar dan tawakalnya. Ada kalanya seseorang mengalami kekalahan, namun kekalahan tersebut hendaknya dapat mendorong seseorang untuk segera bangkit dan tidak justru semakin terpuruk. Ada dua cara dalam menyikapi kekalahan agar tidak membuat kita semakin terpuruk, yaitu dengan cara ikhtiar atau berusaha dan berdoa. Setiap hal yang ada dan mungkin ada di dunia ini dapat dijadikan sebagai motivasi. Sebagai contoh, ketika kita melihat orang yang kurang beruntung. Hal ini dapat kita jadikan sebagai sarana introspeksi diri, bahwa kita masih lebih beruntung daripada mereka yang kurang beruntung. Selain itu, semangat dari orang yang telah pernah mengalami keberhasilan juga sangat kita perlukan, agar kita kembali memiliki keyakinan bahwa kita juga pasti bisa berhasil, Hal ini merupakan cara untuk kemballi menumbuhkan semangat kita setelah mengalami kekalahan atau kegagalan. Demikian ini refleksi yang dapat saya buat tentang perkulihan filsafat matematika. Selamat berfilsafat.

Mitos dalam Filsafat



Filsafat berperan dalam dua dunia, yaitu dunia mikro dan makro. Yang dimaksud dengan dunia mikro adalah diri sendiri, jadi yang menguasai atau mempunyai dunianya adalah diriku sendiri bukan orang lain. Orang lain tidak berhak mengusik dunia mikro seseorang. Jika orang lain itu mengusik dunia mikro seseorang, itu sama artinya dengan menjajah dunia mikro seseorang tadi. Sedangkan yang dimaksud dengan dunia makro adalah alam semesta atau jagat raya ini. Jika dunia mikro adalah milik dari setiap individu dan dunia mikro itu mempunyai pemilik yang banyak dan kelangsungan dunia mikro itu berbeda-beda antara satu dengan yang lain, maka dunia makro itu bersifat universal. Dunia makro mutlak hanya mempunyai satu pemilik saja yaitu Tuhan YME. Dalam dunia mikro seseorang dikenal pula dengan istilah mitos, yang mana diri seseorang tersebut tidak bahkan belum pernah melihat, mendengar, maupun mengalami mitos itu sendiri. Namun ia percaya akan kebenaran tentang mitos tersebut. Mitos juga merupakan hasil dari intuisi.
Menurut Sejarahnya orang Yunani dewasa yang memperkenalkan mitos ke generasi mudanya. Orang Yunani yang dewasa lah yang berhasil membongkar mitos tersebut. Hal itu dikarenakan anak kecil belajar segala sesuatunya menggunakan miots yang telah disampaikan kepadanya. Singkat cerita, mitos itu adalah sesuatu kejadian atau hal yang tidak diketahui maknanya atau kebenaranya, namun melakukannya. Misalnya teorema Pythagoras, kita tidak tahu asal-usul teorema tersebut, namun guru mewajibkan kita menghafalkan dan mempelajarinya. Kita tidak tahu apa sebabnya Pythagoras memperkenalkan teorema tersebut kepada dunia, yang kita tahu adalah mitos yang berwujud teorema tersebut harus kita kuasai tanpa menggubris asal-usulnya. Siswa juga belajar dengan menggunakan metode mitos. Contohnya guru menjelaskan suatu rumus dan ada siswa yang bertanya asal-usul maupun kebenaranya rumus tersebut. Namun guru sering berkata “yang penting ini rumusnya, sekarang kerjakan soal”, “ya pokoknya begitu”, atau ekstrimnya “tidak usah banyak tanya”. Itu lah yang disebut dengan mitos di dunia pendidikan. Hampir 90% anak kecil itu belajar menggunakan mitos. Anak kecil belum sempat memikirkanya, karena daya pikirnya masih rendah. Contohnya manusia tidak bisa berjalan di atas air, namun anak kecil belum dapat memikirkannya kalau seandainya ia berjalan di atas air akan tercebur, yang bisa memikirkannya baru orang tua. Namun mitos tidak hanya berlaku bagi anak kecil saja, orang tua juga membutuhkan mitos. Orang tua membutuhkan mitos dalam ruang spiritual, contohnya dalam shalat. Jika seseorang shalat tidak tahu maknanya hanya ikut-ikutan saja, maka dibutuhkan mitos agar memahami makna dari setiap gerakan shalat, sehingga ibadah shalat lebih berbobot. Maknanya adalah menjalankan perintah Allah SWT yaitu berupa mendirikan shalat lima waktu. Namun, dalam ibadah, mengerti ataupun tidak mengerti tetap bernilai ibadahm karena nilai ibadahnya adalah keyakinan. Contohnya membaca Al-Qur’an, tahu tidak tahu artinya, kita tetap akan mendapatkan nilai ibadah saat membacanya, asal perlu ditambah dengan keyakinan bahwa Al-Qur’an yang kita baca adalah suatu kebenaran atas firman Allah SWT. Jika kita melakukan ibadah hanya berdasar pada ikut-ikutan saja, maka ibadah kita dalam filsafat disebut mitos, karena tidak tahu maknanya.
Pada jaman Yunani Kuno banyak mitos yang tersebar di masyarakatnya. Di sekitar kita pula sebenarnya banyak terdapat mitos, apalagi sebagai orang Jawa yang terkenal dengan mitologi jawa yang kental. Kita ambil contoh mitos kerajaan Pantai Selatan. Saat mitos itu begitu kental, maka terkadang kita sendiri merasa takut untuk mencari kebenarannya. Kita berusaha memikirkannya saja sudah merasa takut apa lagi ditambah untuk mencari kebenarannya. Jika kita mau menilik lebih jauh, sebenarnya kita sendiri dapat membuat mitos. Bersumber dari cerita Bapak Marsigit tentang kebun mangga milik beliau.
Alkisah pohon mangga milik Bapak Marsigit terkenal dengan buahnya yang lezat dan lebat. Tidak ada seorang pun yang memandang akan kuat menahan godaannya. Terkadang saat musim panen tiba, mangga hasil panen yang harusnya dapat dipanen 100% hanya dapat diambil 60% saja. Maka untuk menindaklanjuti perkara tersebut, Bapak Marsigit mempunyai gagasan untuk membuat mitos tentang kebun mangganya. Mitos yang dibuat adalah mitos tentang sesosok makhluk gaib yang dikenal dengan “genderuwo” yang menunggu kebun mangga. Mitos tersebut disebarkan kepada penduduk desa, dan alhasil berita makhluk gaib penunggu kebun mangga tersebar secara kilat. Perlu diketahui pula, bahwa mitos juga perlu dilakukan penguatan untuk lebih mendarah dagingkan mitos tersebut. Untuk itu Bapak Marsigit menindaklanjuti mitos yang telah beliau buat dengan cara membuat “action”. Suatu ketika ada rombongan pemuda-pemudi desa yang baru saja pulang dari masjid. Rombongan tersebut melewati jalan di dekat kebun mangga Bapak Marsigit. Action yang dilakukan dengan cara membuat seolah-olah pohon mangga bergerak sendiri, sehingga disinyalir memang terdapat makhluk halus di sana. Sontak rombongan pemuda-pemudi tadi langsung kabur tunggang-langgang. Mereka terperanjat kabur.
Hidup itu merentang antara dua kutub yaitu kutub yang ada dan kutub yang mungkin ada, antara yang terlihat dan yang tidak terlihat, antara yang konkret dengan yang gaib. Yakin bahwa yang gaib itu ada. Jangalah kita selalu berpikir yang rasional terus-menerus, karena yang tidak rasional pun ada di dunia ini. Setinggi-tinggi pikiran manusia tidak akan mungkin memecahkan hal yang berbau gaib. Caranya memecahkan yang gaib hanyalah dengan keyakinan, meyakini bahwa yang gaib ada di sekitar kita.
Takdir dan nasib merupakan bagian dari mitos juga. Takdir adalah sesuatu yang tidak dapat kita ubah, karena sudah dituliskan oleh Allah SWT. Namun nasib dapat kita ubah, asalkan dibarengi dengan ikhtiar dan tawakal. Kita diwajibkan berdoa mengharap keberhasilan untuk usaha kita. Namun terkadang doa kita belum terkabul juga, padahal saat itu kita benar-benar butuh suatu keberhasilan. Kita lantas bercermin mengapa doa kita belum juga dikabulkan. Setelah berpikir lebih dalam, ternyata yang telah lalu adalah yang terbaik bagi kita, karena sebenar-benarnya yang tahu mana yang terbaik untuk kita adalah Allah SWT. Jadi dari situ dapat kita petik makna bahwa tidak ada sesuatu walaupun sebesar zarrah pun, yang diciptakan di dunia ini tanpa ada manfaatnya. Semua itu adalah karunia Allah SWT bagi kita semua, hanya saja kita terlalu egois untuk selalu mengkesampingkan hal yang sepele tadi. Semau hal yang ada dan yang mungkin ada, secara spiritual merupakan karunia-Nya. Dari ilmu psikologi sering kita dengar ungkapan “kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda”.  Baru saja kita dengar bahwa Indonesia gagal lolos dari fase grup AFF 2012. Untuk sebagian kalangan, mungkin itu adalah suatu kegagalan yang sangat mengecewakan. Akibat dari kesemrawutan persepakbolaan di tanah air. Dengan adanya dua kubu yang saling berseteru, yang akhirnya membuat prestasi Indonesia di kancah sepak bola AFF merosot. Namun, jika kita yakin bahwa tidak ada sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT yang tanpa manfaatnya, maka kegagalan adalah sebuah karunia-Nya. Mungkin dengan kegagalan yang kita alami baru saja ini, dapat mengembalikan persatuan persepakbolaan Indonesia. Dengan kegagalan, usaha untuk menciptakan generasi sepak bola baru terus ditingkatkan. Dan akhirnya kegagalan ini memang akan menjadi suatu keberhasilan yang tertunda. Asalkan kita yakin bahwa kegagalan ini merupakan bagian dari rencana-Nya.

Menembus Ruang dan Waktu



Berfilsafat merupakan kegiatan olah pikir dalam arti sendiri, maupun bersama-sama, ada olah pikir pikiran Indonesia, olah pikir pikiran bangsa-bangsa, olah pikir dunia, dan lain-lain. Macam-macam filsafat bergantung pada obyeknya yang ada dan mungkin ada. Orang jaman dahulu pun telah mengenal filsafat, bahkan mereka pandai dalam berfilsafat. Filsafat orang dahulu adalah filsafat alam, sehingga banyak filsafat yang menyinggung tentang alam sekitar. Karena mereka sering berfikir tentang penciptaan suatu benda, contohnya bumi ini. Jika obyeknya tentang diri manusia maka filsafatnya adalah filsafat manusia, yang kemudian kita memikirkan lokasi dari manusia tersebut. Contohnya manusia itu di pulau Jawa maka filsafatnya adalah filsafat manusia Jawa. Macam filsafat yang lain adalah jika obyeknya merupakan hal-hal yang berkaitan dengan spiritual maka filsafat spiritual atau teologi.
Macam filsafat dapat dilihat lebih rinci mengenai lokasi obyek tersebut, di mana yang kita pikirkan, maka berfilsafat itu membagi menjadi dua macam yaitu obyek dalam pikiran dan obyek di luar pikiran. Obyek yang di luar pikiran itu merupakan hal yang dapat dilihat, didengar ataupun diraba. Obyek dalam pikiran bersifat abstrak yang artinya hanya kita sendiri yang dapat menggambarkan objek tersebut, contohnya handphone. Saat kita memejamkan mata dan membayangkan handphone tersebut, maka objek tersebut berada dalam pikiran kita. Objek dalam pikiran bersifat ideal dan tetap, yaitu benar menurut ilmu. Obyek pikir yang di dalam pikiran menghasilkan filsafat idealism. Tokoh filsafat idealism adalah Plato. Obyek yang di luar pikiran bersifat tidak tetap dan tokohnya adalah Aristoteles. Obyek pikir yang di luar pikiran itu menghasilkan filsafat realism.
Filsafat berdasarkan pada banyaknya obyek dapat dibagi menjadi tiga, yaitu monoisme, dualism, dan pluralism. Filsafat monoisme merupakan filsafat yang menganggap bahwa hanya ada satu yang benar yaitu kausa prima (Tuhan). Filsafat dualism ialah yang benar dua, sedangkan pluralism yaitu yang benar banyak. Macam-macam filsafat itu sebenarnya berdasarkan pada dimana, karakteristik dari obyek tersebut hingga sampai pada sejarah perkembangannya hingga filsafat modern atau filsafat kontemporer.
Dalam berfilsafat objeknya adalah ada dan mungkin ada. Obyek tersebut merupakan urusan manusia. Ia mempunyai keterbatasan dalam olah pikir dan merupakan rahmat dari Tuhan sehingga manusia tidak sempurna. Dari keterbatasan tersebut terdapat manfaat yaitu berupa perbedaan sehingga kita dapat membedakan. Contoh: kita tidak dapat hidup di air secara terus menerus karena kita dapat membedakan darat dan air, yang mana kehidupan kita. Segala hal yang ada dan mungkin ada sebenarnya membawa rahmat kepada kita jika mampu menggalinya dengan baik. Namun seperti kebanyakan dari kita yang tidak mampu bahkan mau menggalinya, sehingga sering kali kita berburuk sangka. Oleh karena itu, rasa syukur terus menerus saja masih kurang. Rasa syukur itu harus menjadi bagian dari kehidupan atau aktifitas sehari-hari, sehingga kita harus tahu bagaimana meningkatkan spiritual. Keterbatasan manusia dalam memikirkan dimensi ruang dan waktu menghambat penerapan rasa syukur kita akan rahmat Tuhan. Menembus ruang dan waktu jika dibayangkan hanya manusia super atau manusia luar biasa yang dapat melakukannya. Tetapi pengertian dari menembus ruang dan waktu adalah mengalami perubahan.
Ketika belajar filsafat, kita belajar secara professional yaitu secara intensif dan ekstensif. Kita harus memahami pikiran para biksu kemudian kita hubungkan atau kita korenspondensikan dengan pengalaman kita, sehingga upaya menembus ruang dan waktu itu berdimensi.Dimensi ruang adalah dimensi nol, dimensi satu, dimensi dua, dan seterusnya, tergantung kita memberikan nomor. Orang yang berilmu adalah orang yang mengetahui ruang dan waktu sesuai dengan tempatnya. Jika ada orang yang berkhutbah dimana-mana tanpa tahu tempatnya maka ia merupakan orang gila.
Manusia pun sebenarnya dapat menciptakan dimensinya sendiri, yaitu ruang dimensi satu dan dua. Kita juga dapat memahami ruang dimensi satu karena kita mempunyai ruang dimensi dua, memahami ruang dimensi dua karena mempunyai ruang dimensi tiga dan seterusnya. Orang matematika dapat memahami hingga ruang dimensi-n karena mereka menggunakan intuisi. Kemudian dikembangkan lagi sehingga kita mempunyai ruang kaum kapitalis, dimana hierarki dari bawah yaitu : ruang archaik, tribal, tradisional, teodal, modern, pos modern dan pos pos modern atau kapitalis.
Ketika belajar kita berhadapan dengan visi kita, yaitu menempatkan spiritual di paling atas, tiada dalam kehidupan ini terbebas dari unsur spiritual karena merupakan pendirian kita. Kita juga harus menghadapi masalah dunia yaitu kapitalis, utilitarian, pragmatisme, dan hedonisme.  Kapitalisme adalah pandangan mengenai segala sesuatu diukur dari laju ekonomi. Keberhasilan seseorang diukur dari keberhasilanya dalam ekonomi. Utilitarian adalah pandangan mengenai segala sesuatu itu diukur dari manfaatnya. Jadi ketika melakukan suatu hal maka kita harus apakah hal tersebut bermanfaat atau tidak. Contohnya Amerika yang menyerang Pakistan. Pragmatisme adalah hakekat budaya hidup cepat, praktis, dan tidak bertele-tele. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari atau mengejar kebahagian dan rasa senang, hanya mengejar kenikmatan dunia, lupa pada norma agama. Rasa senang itu bisa diperoleh jika menemukan sesuatu yang baru. Hedonism ini merupakan limbah dari kapitalisme. Contoh : perkawinan dan pernikahan dalam dunia Barat.
Metode dalam menembus ruang dan waktu ada dalam pikiran subyeknya. Contoh : batu permata yang dipakai di tangan kita. Batu tersebut dapat menembus ruang dan waktu karena menempel di tangan. Agar kita mampu menembus ruang dan waktu, kita harus memahami tentang fenomenologi, fundalisme, dan anti-fundalisme. Fenomenologi  merupakan  pikiran para biksu. Hal ini paling banyak digunakan oleh orang matematika karena dasarnya adalah abstraksi dan idealism. Abstraksi adalah memilih atau reduksi, sesuai dengan kodrat manusia. Contoh : manusia dilahirkan dari seorang ibu yang telah dipilih oleh Allah SWT bukan kita. Selanjutnya adalah Fundalisme. Semua makhluk beragama adalah kaum fundamental karena menetapkan Tuhan sebagai kausa prima yaitu sebab dari segala sebab, tidak ada sebab yang lain, sebab utama dan pertama. Selain itu karena mempunyai fundamen atau permulaan. Ilmu matematika tercipta berdasarkan definisi, sehingga orang matematika jug disebut kaum fundamental. Hakekat manusia adalah fundamen, tetapi hanya separuhnya karena semua manusi memiliki keterbatasan, sebagian besar tidak mampu mengenali permulaan.
Jika fundamental berdasarkan atas definisi, maka anti-fundamental lebih berdasarkan kepada intuisi. Contoh : kapan dimulainya pagi, siang atau malam? Sejak kapan dapat membedakan besar kecil? Tidak ada orang yang bisa mengatakanya kapannya. Apa yang disebut dengan 2? Jawabannya bermacam-macam, ada bilangan prima, bilangan genap, hasil dari 3-1 dan lain-lain. Ini merupakan jawaban yang salah karena kita tidak perlu mendefinisikan bilangan 2. Penyebab dari permasalahan dalam pendidikan matematika adalah para calon guru seperti kita ini yang kehilangan intuisinya. Maka manfaat dari belajar filsafat adalah merebut kembali intuisi yang hilang, tidak perlu definisi karena sudah ada.

Minggu, 18 November 2012

ISTILAH dalam FILSAFAT



 Oleh
Hafizh Praditya Mahardika
09301241001
Pend. Matematika Sub ‘09

Aliran filsafat dapat tergantung dari objek filsafat itu sendiri, misal objeknya adalahbenda-benda  alam maka filsafatnya termasuk dalam filsafat alam. Aliran filsafat juga diberi nama berdasarkan tokohnya. Filsafat berdasarkan sifat maka filsafatnya termasuk aliran idealisme, ideal itu tetap yang berarti alirannya bersesuaian dengan Permenides ataupun Plato. Namun juga bisa diberi nama sesuai dengan tokohnya, misalnya Hegelianisme. Dia adalah tokoh yang mengatakan yang ada dan yang mungkin ada itu sejarah, maka filsafat sejarah itu adalah Hegelianisme. Filsafat yang berdasarkan kanyataan kejadian nyata di sekitar kita termasuk aliran realis, Bilangan itu tetap, tidak berubah, karena di dalam pikiran. Tapi kalau bilangan-bilangan di luar pikiran, maka ia meliputi yang ada dan yang mungkin ada, bisa plural. Misalnya bilangan 5 itu plural, 5 yang besar, 5 yang kecil, 5 yang hijau, bisa plural, maka filsafatnya bersifat Realisme,  tokohnya adalah Aristoteles. Selain itu ada pula filsafat yang diberi nama berdasarkan aktifitasnya, misalnya Sokrates filsafatnya diperoleh melalui kegiatan bertanya dan filsafatnya bernama dialegtifisme. Kemudian kalau yang benar itu satu namanya monoisme yang tidak lain tidak bukan ialah Tuhan YME. Kalau yang benar itu banyak maka termasuk urusan dunia, contohnya filsafat pikiran, karena pikiran itu dunia maka termasuk pluralisme. Kalau berbicara hati, itu satu, nah kalau banyak berarti pluralisme. Contohnya kalau Jepang punya Tuhan/dewa banyak sekali, ada dewa matahari, dewa laut, dewa gunung, dan lain sebagainya. Jika yang benar itu dua maka disebut dualisme, hanya dua kutub saja, misalnya boleh-tidak boleh, baik-buruk, benar-salah, utara-selatan, dan lainnya. Kalau yang benar berdasarkan diri sendiri maka disebut subyektifisme, namun jika mempertimbangkan pendapat orang lain maka disebut objektifisme. Manusia tidak dapat lepas dari kegiatan menentukan, menentukan apa yang ia pilih, apa yang akan ia lakukan, apa yang akan ia kenakan, apa yang akan ia hindari, dan kegiatan menentukan yang lainnya. Namun ditermine absolut tetaplah Tuhan YME. Filsafat menentukan disebut juga filsafat Ditermineisme.
Kodrat manusia itu adalah terpilih dan dipilih. Ditermine itu sejalan dengan reduksi yang mempunyai artian yang sama. Di mana keduanya memiliki kekuatan yang ‘ampuh’, namun di satu sisi juga sangat berbahaya. Manusia diciptakan mempunyai sepasang mata di depan, hal tersebut telah dikodratkan oleh Tuhan. Manusia tidak dapat meminta sepasang mata lagi di belakang kepala, bukan karena Tuhan tidak mampu, namun karena manusia  nantinya tidak akan bisa fokus dan konsentrasi karena memandang dua arah yaitu depan dan belakang sekaligus. Mata manusia selaras dan serasi, tidak saling ‘bertengkar’ satu sama lain. Itulah bukti kuasa dan kasih sayang Tuhan kepada manusia.  Di samping itu, sifat ditermine bisa sangat berbahaya. Oleh karena itu, manusia tidak bisa lepas dari kegiatan menentukan. Misalnya ketika kita memakai baju maka kita determine terhadap baju itu, menentukan nasib baju itu, maka determine absolute itu adalah Tuhan, manusia kalau hobinya menentukan sifat maka namanya determinism. Semua manusia mempunyai hak untuk mencari kebenaran. Filsafat itu hidup, maka untuk mempelajarinya menggunakan metode hidup. Metode hidup ialah bergaul, berinteraksi, dan membaca secara kontinu.
Dewa adalah kita yang dimensinya setingkat lebih tinggi dari dari orang atau objek yang lain yang ada di bawahnya. Kita bagaikan dewa bagi adik kita, dewa bagi pakaian kita, dewa bagi sepatu kita, dewa bagi murid kita.  Maka dewa itu adalah yang ada dan yang mungkin ada terhadap sifat-sifatnya. Penggunaan kata ‘dewa’ karena sifat yang terdapat pada dewa mewakili kita sebagai orang yang berkuasa mutlak pada apa yang kita kuasai atau miliki. Dipergunakannya istilah dewa pada diri kita sebenarnya mempunyai alasan yang bisa dibilang masuk akal bahwa kata dewa merupakan kata yang paling pas, kecuali ada dari kami yang beragama Hindu dan mungkin merasa risih dengan kata-kata tersebut. Akan tetapi jangan digunakan secara parsial dan tidak kontekstual karena akan sangat berbahaya apabila terjadi kesalahpahaman. Selain itu beliau juga menekankan bahwa bahasa-bahasa yang digunakan dalam berfilsafat adalah bahasa analog yangmana lebih tinggi dari sekedar bahasa kiasan. Contohnya kita berkuasa atas pakaian kita sendiri, mau diseterika berapa kali pun kita yang memegang kuasa penuh. Namun penggunaan kata ‘dewa’ jangan sampai di luar batas yang sewajarnya. Karena itu filsafat juga sangat berbahaya jika diterapkan tidak pada konteksnya. Bahayanya jika seseorang berfilsafat yang tidak kontekstual, sepenggal-sepenggal, dan tidak utuh. Maka kalau ukurannya adalah diri seseorang /diriku yang benar maka menurut diriku subyektivisme adalah filsafatnya, kalau mengakui pendapat orang berarti filsafatnya obyektivisme. Sungguh apa yang dibuat mengenai subyektivitisme tidak sesederhana itu memahaminya karena telah mengalami abstraksi yang mahadahsyat/ hebat melalui statement yang sangat singkat. Belajar filsafat mempunyai tujuan untuk mempelajari komunikasinya para dewa. Filsafatnya para dewa adalah transendentalisme. Dewa itu adalah diri kita yang dimensinya setingkat lebih tinggi dari orang atau obyek lain yang ada di bawahnya. Misalnya kita punya adik, maka kita adalah dewa bagi adik kita, maka ilmu kita adalah transenden bagi adik kita, yang bisa menangkap ayah kita. Contoh yang lain adalah anggota dewan yang koruptor, maka dewa lain yang bisa menangkapnya adalah KPK. Ketika kami pernah mengajar, maka kami adalah dewa bagi murid-murid kami, karena filsafat kami itu transenden bagi mereka maksudnya transenden itu di luar batas. Dewa itu adalah setiap yang ada dan yang mungkin ada terhadap sifat-sifatnya. Belajar filsafat itu antara lain mempelajari komunikasi para dewa, jadi belajar berfilsafat itu tidak mudah karena berdimensi-dimensi. Contohnya dalam tradisi Jawa, dalam berkomunikasi, tata krama merupakan ilmu dalam sopan santun. Jadi berfilsafat itu sopan santun terhadap yang ada dan yang mungkin ada.
Orang bodoh saja yang tidak mengetahui tata krama, karena di dalam tata krama terdapat ilmu, yaitu ilmu tata krama. Tata krama adalah sopan santun yang ada dan yang mungkin ada. Matematika benar jika sedang dipikirkan namun ketika mulai diucapkan atau ditulis maka mulai belum tentu kebenarrannya, bahkan bisa jadi salah. Karena ucapan itu terbatas, pertama kali diucapkan  dengan kedua kali diucapkan sudah berbeda. Itulah filsafat hukumnya kontradiksi, kontradiksi di sini berbeda dengan kontradiksi dalam matematika. untuk memahami filsafat, kita harus berfikir di luar kebiasaan, misalnya mobil baru yang setiap saat dibersihkan, dirawat, hal itu bisa diilustrasikan sebagai isteri yang kedua. 

ISTILAH dalam FILSAFAT



 Oleh
Hafizh Praditya Mahardika
09301241001
Pend. Matematika Sub ‘09

Aliran filsafat dapat tergantung dari objek filsafat itu sendiri, misal objeknya adalahbenda-benda  alam maka filsafatnya termasuk dalam filsafat alam. Aliran filsafat juga diberi nama berdasarkan tokohnya. Filsafat berdasarkan sifat maka filsafatnya termasuk aliran idealisme, ideal itu tetap yang berarti alirannya bersesuaian dengan Permenides ataupun Plato. Namun juga bisa diberi nama sesuai dengan tokohnya, misalnya Hegelianisme. Dia adalah tokoh yang mengatakan yang ada dan yang mungkin ada itu sejarah, maka filsafat sejarah itu adalah Hegelianisme. Filsafat yang berdasarkan kanyataan kejadian nyata di sekitar kita termasuk aliran realis, Bilangan itu tetap, tidak berubah, karena di dalam pikiran. Tapi kalau bilangan-bilangan di luar pikiran, maka ia meliputi yang ada dan yang mungkin ada, bisa plural. Misalnya bilangan 5 itu plural, 5 yang besar, 5 yang kecil, 5 yang hijau, bisa plural, maka filsafatnya bersifat Realisme,  tokohnya adalah Aristoteles. Selain itu ada pula filsafat yang diberi nama berdasarkan aktifitasnya, misalnya Sokrates filsafatnya diperoleh melalui kegiatan bertanya dan filsafatnya bernama dialegtifisme. Kemudian kalau yang benar itu satu namanya monoisme yang tidak lain tidak bukan ialah Tuhan YME. Kalau yang benar itu banyak maka termasuk urusan dunia, contohnya filsafat pikiran, karena pikiran itu dunia maka termasuk pluralisme. Kalau berbicara hati, itu satu, nah kalau banyak berarti pluralisme. Contohnya kalau Jepang punya Tuhan/dewa banyak sekali, ada dewa matahari, dewa laut, dewa gunung, dan lain sebagainya. Jika yang benar itu dua maka disebut dualisme, hanya dua kutub saja, misalnya boleh-tidak boleh, baik-buruk, benar-salah, utara-selatan, dan lainnya. Kalau yang benar berdasarkan diri sendiri maka disebut subyektifisme, namun jika mempertimbangkan pendapat orang lain maka disebut objektifisme. Manusia tidak dapat lepas dari kegiatan menentukan, menentukan apa yang ia pilih, apa yang akan ia lakukan, apa yang akan ia kenakan, apa yang akan ia hindari, dan kegiatan menentukan yang lainnya. Namun ditermine absolut tetaplah Tuhan YME. Filsafat menentukan disebut juga filsafat Ditermineisme.
Kodrat manusia itu adalah terpilih dan dipilih. Ditermine itu sejalan dengan reduksi yang mempunyai artian yang sama. Di mana keduanya memiliki kekuatan yang ‘ampuh’, namun di satu sisi juga sangat berbahaya. Manusia diciptakan mempunyai sepasang mata di depan, hal tersebut telah dikodratkan oleh Tuhan. Manusia tidak dapat meminta sepasang mata lagi di belakang kepala, bukan karena Tuhan tidak mampu, namun karena manusia  nantinya tidak akan bisa fokus dan konsentrasi karena memandang dua arah yaitu depan dan belakang sekaligus. Mata manusia selaras dan serasi, tidak saling ‘bertengkar’ satu sama lain. Itulah bukti kuasa dan kasih sayang Tuhan kepada manusia.  Di samping itu, sifat ditermine bisa sangat berbahaya. Oleh karena itu, manusia tidak bisa lepas dari kegiatan menentukan. Misalnya ketika kita memakai baju maka kita determine terhadap baju itu, menentukan nasib baju itu, maka determine absolute itu adalah Tuhan, manusia kalau hobinya menentukan sifat maka namanya determinism. Semua manusia mempunyai hak untuk mencari kebenaran. Filsafat itu hidup, maka untuk mempelajarinya menggunakan metode hidup. Metode hidup ialah bergaul, berinteraksi, dan membaca secara kontinu.
Dewa adalah kita yang dimensinya setingkat lebih tinggi dari dari orang atau objek yang lain yang ada di bawahnya. Kita bagaikan dewa bagi adik kita, dewa bagi pakaian kita, dewa bagi sepatu kita, dewa bagi murid kita.  Maka dewa itu adalah yang ada dan yang mungkin ada terhadap sifat-sifatnya. Penggunaan kata ‘dewa’ karena sifat yang terdapat pada dewa mewakili kita sebagai orang yang berkuasa mutlak pada apa yang kita kuasai atau miliki. Dipergunakannya istilah dewa pada diri kita sebenarnya mempunyai alasan yang bisa dibilang masuk akal bahwa kata dewa merupakan kata yang paling pas, kecuali ada dari kami yang beragama Hindu dan mungkin merasa risih dengan kata-kata tersebut. Akan tetapi jangan digunakan secara parsial dan tidak kontekstual karena akan sangat berbahaya apabila terjadi kesalahpahaman. Selain itu beliau juga menekankan bahwa bahasa-bahasa yang digunakan dalam berfilsafat adalah bahasa analog yangmana lebih tinggi dari sekedar bahasa kiasan. Contohnya kita berkuasa atas pakaian kita sendiri, mau diseterika berapa kali pun kita yang memegang kuasa penuh. Namun penggunaan kata ‘dewa’ jangan sampai di luar batas yang sewajarnya. Karena itu filsafat juga sangat berbahaya jika diterapkan tidak pada konteksnya. Bahayanya jika seseorang berfilsafat yang tidak kontekstual, sepenggal-sepenggal, dan tidak utuh. Maka kalau ukurannya adalah diri seseorang /diriku yang benar maka menurut diriku subyektivisme adalah filsafatnya, kalau mengakui pendapat orang berarti filsafatnya obyektivisme. Sungguh apa yang dibuat mengenai subyektivitisme tidak sesederhana itu memahaminya karena telah mengalami abstraksi yang mahadahsyat/ hebat melalui statement yang sangat singkat. Belajar filsafat mempunyai tujuan untuk mempelajari komunikasinya para dewa. Filsafatnya para dewa adalah transendentalisme. Dewa itu adalah diri kita yang dimensinya setingkat lebih tinggi dari orang atau obyek lain yang ada di bawahnya. Misalnya kita punya adik, maka kita adalah dewa bagi adik kita, maka ilmu kita adalah transenden bagi adik kita, yang bisa menangkap ayah kita. Contoh yang lain adalah anggota dewan yang koruptor, maka dewa lain yang bisa menangkapnya adalah KPK. Ketika kami pernah mengajar, maka kami adalah dewa bagi murid-murid kami, karena filsafat kami itu transenden bagi mereka maksudnya transenden itu di luar batas. Dewa itu adalah setiap yang ada dan yang mungkin ada terhadap sifat-sifatnya. Belajar filsafat itu antara lain mempelajari komunikasi para dewa, jadi belajar berfilsafat itu tidak mudah karena berdimensi-dimensi. Contohnya dalam tradisi Jawa, dalam berkomunikasi, tata krama merupakan ilmu dalam sopan santun. Jadi berfilsafat itu sopan santun terhadap yang ada dan yang mungkin ada.
Orang bodoh saja yang tidak mengetahui tata krama, karena di dalam tata krama terdapat ilmu, yaitu ilmu tata krama. Tata krama adalah sopan santun yang ada dan yang mungkin ada. Matematika benar jika sedang dipikirkan namun ketika mulai diucapkan atau ditulis maka mulai belum tentu kebenarrannya, bahkan bisa jadi salah. Karena ucapan itu terbatas, pertama kali diucapkan  dengan kedua kali diucapkan sudah berbeda. Itulah filsafat hukumnya kontradiksi, kontradiksi di sini berbeda dengan kontradiksi dalam matematika. untuk memahami filsafat, kita harus berfikir di luar kebiasaan, misalnya mobil baru yang setiap saat dibersihkan, dirawat, hal itu bisa diilustrasikan sebagai isteri yang kedua.