Cakupan ilmu filsafat lebih luas dari
cakupan bidang ilmu lainnya. Karena filsafat dapat diterapkan dalam berbagai
hal. Selain itu, yang membuat cakupan filsafat sangat luas karena meliputi hal
yang ada dan yang mungkin ada. Bahkan cakupan ilmu matematika yang notabenya
sebagai ratu dari segala ilmu pengetahuan masih kalah luas cakupannya.
Filsafat, selain memiliki cakupan yang luas juga dikenal sangat sopan dan
santun terlebih terhadap ruang dan waktu. Hal yang membedakan antara filsafat
dengan bidang ilmu lainnya adalah terletak pada kerangka berfilsafat. Kerangka
berfilsafat, yaitu secara ontologism, epistimologis dan empiristis. Filsafat
merupakan hasil olah fikir para filsuf yang bersifat intensif dan ekstensif,
yaitu dalam sedalam-dalamnya dan luas seluas-luasnya. Kerangka
berfilsafat yang ekstensif tersebut mengakibatkan pandangan yang berdimensi.
Filsafat merupakan suatu kajian ilmu oleh para filsuf yang didasarkan pada
berbagai dimensi sudut pandang yang berbeda-beda. Seperti yang dikatakan di
atas, bahwa objek filsafat meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Hal itu
membuat cakupan filsafat sangat luas. Segala yang ada dan yang mungkin ada
tersebut belum dapat dikategorikan sebagian dari ciptaan Tuhan, karena masih
banyak ciptaan Tuhan yang lainnya, misalnya keyakinan manusia. Keyakinan ini
tidak dapat dikategorikan menjadi sesuatu yang ada ataupun menjadi sesuatu yang
mungkin ada, karena keyakinan berada di luar konteks tersebut.
Selama ini kita sering mendengar istilah
pro dan kontra. Adanya pro dan kontra merupakan suatu hal yang wajar dan sudah
menjadi kodrat. Kodrat yang akan selalu ada dan saling memberi keseimbangan,
seperti siang-malam, tua-muda, pria-wanita, benar-salah, dan lainnya. Demikian
pula ada pro, pasti ada kontra-nya. Pro dan kontra yang terjadi dalam fikiran
manusia dapat menimbulkan suatu ilmu, sedangkan pro dan kontra yang terjadi di
dalam hati manusia merupakan godaan dari setan.
Untuk dapat dikategorikan menjadi objek
filsafat ada empat tingkatan yang harus dipenuhi oleh suatu benda/hal. Adapun
empat tingkata itu adalah tingkatan material, formal, normative dan spiritual. Jika
suatu objek memenuhi keempat tingkatan tersebut, maka objek tersebut merupakan
objek dalam filsafat. Namun jika belum mampu memenuhinya, maka objek tersebut
hanya sebatas objek intuisionisme, yaitu objek yang dapat dipahami melalui
intuisi. Contohnya adalah angin. Objek material dari angin adalah udara yang
bergerak, dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Sedangkan objek formalnya
seperti angin topan, angin ribut, puting beliung, tornado, dan lainnya. namun
objek normative dan spiritual untuk angin tidak ada, sehingga manusia
dikategorikan sebagai kaum intuisionisme terhadap angin, karena tidak mampu
mendefinisikan tentang angin.
Perceraian dapat dikategorikan sebagai
objek filsafat yang memenuhi syarat. Objek perceraian dari segi material adalah
suami atau istri. Dari segi formal, perceraian sangat jelas diatur dalam
undang-undang. Dilihat dari segi normative, perceraian bukanlah hal yang baik, dan
dapat dikategorikan sebagai hal yang kurang baik atau “buruk”. Dilihat dari
segi spiritual, Tuhan sangat tidak menyukai orang-orang yang bercerai. Dari
penjabaran tersebut, perceraian merupakan salah satu objek dalam berfilsafat.
Setiap pertandingan pasti ada kodratnya
sendiri yang tidak dapat dihilangkan, yaitu menang atau kalah. Saat menang itu
karena hasil ikhiar dan tawakalnya. Ada kalanya seseorang mengalami kekalahan,
namun kekalahan tersebut hendaknya dapat mendorong seseorang untuk segera
bangkit dan tidak justru semakin terpuruk. Ada dua cara dalam menyikapi
kekalahan agar tidak membuat kita semakin terpuruk, yaitu dengan cara ikhtiar
atau berusaha dan berdoa. Setiap hal yang ada dan mungkin ada di dunia ini
dapat dijadikan sebagai motivasi. Sebagai contoh, ketika kita melihat orang
yang kurang beruntung. Hal ini dapat kita jadikan sebagai sarana introspeksi
diri, bahwa kita masih lebih beruntung daripada mereka yang kurang beruntung.
Selain itu, semangat dari orang yang telah pernah mengalami keberhasilan juga
sangat kita perlukan, agar kita kembali memiliki keyakinan bahwa kita juga
pasti bisa berhasil, Hal ini merupakan cara untuk kemballi menumbuhkan semangat
kita setelah mengalami kekalahan atau kegagalan. Demikian ini refleksi yang
dapat saya buat tentang perkulihan filsafat matematika. Selamat berfilsafat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar