ALIRAN FILSAFAT
BAB I
PENDAHULUAN
Tradisi pemikiran Barat dan filsafat
saat ini merupakan paradigma pengembangan budaya Barat dengan implikasi yang
sangat luas hingga mencakup seluruh aspek kehidupan. Memahami dan menelusuri
tradisi pemikiran budaya Barat dalam pandangan filsafat merupakan suatu
apresiasi dan kearifan tersendiri, karena dengan begitu dapat dilacak segi
positif dan negatif dari suatu tradisi pemikiran dimana kita dapat meniru segi
positif dan tidak mengulangi segi negatifnya.
Filsafat
dan Ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara substansial maupun
historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat,
sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Perkembangan ilmu
pengetahuan dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh aliran-aliran
pemikiran filsafat barat.
BAB II
PEMBAHASAN
Berikut
ini adalah empat periodisasi filsafat didasarkan atas corak pemikiran yang
dominan pada saat itu, dimana didalamnya terdapat beberapa aliran filsafat
serta tokoh-tokoh yang berpengaruh di zamannya.
A.
Zaman Yunani Kuno
Pemikiran filsafat Barat ini muncul yang ditandai oleh runtuhnya
dongeng-dongeng dan mite-mite yang dulunya menjadi pembenaran pada suatu gejala
alam. Manusia pada waktu itu melalui mite-mite mencari keterangan tentang
asal-usul alam semesta dan tentang kejadian yang berlangsung didalamnya. Ada 2
mite yang berkembang, yaitu kosmologis yang mencari asal-usul alam semesta, dan
mite kosmologis yang mencari keterangan tentang asal-usul alam semesta serta
sifat-sifatnya.
Adapun tokoh-tokoh yang berpengaruh pada zaman Yunani Kuno
diantaranya adalah:
1.
Thales (640-550
SM) menyimpulkan bahwa air merupakan asal mula segala sesuatu, karena air
meresapi seluruh benda di jagad raya ini.
2.
Anaximander
(611-545 SM) menyimpulkan bahwa asal mula dari segala sesuatu adalah apeiron,
yaitu sesuatu yang tak terbatas.
3.
Anaximenes
(588-524) menyimpulkan bahwa asal mula sesuatu adalah udar, karena udara adalah
unsur vital kehidupan.
4.
Pythagoras
(580-500SM) mengatakan bahwa asas mula sesuatu dapat diterangkan atas dasar
bilangan-bilangan.
5.
Herakleitos
(540-475 SM) ungkapannya adalah panta rhei khai uden menei, semuanya mengalir
dan tidak ada satupun yang tinggal mantap.
6.
Parmenides
(540-475 SM) pandangannya bertolak belakang denagn Herakleitos. Ia menegaskan
bahwa realitas itu tetap, tidak berubah. Gagasan pentingnya yaitu tentang
“ada”. Yang ada itu ada dan yang tidak ada itu tidak ada.
7.
Herakleitos dan
Parmenides menjadi cikal bakal debat metafisika. Herakleitos mewakili pluralism
dan empirisme. Sedangkan Parmenides adalah wakil dar monism dan rasionalisme.
8.
Demokritos
(460-370 SM), realitas itu terdiri dari banyak unsur yang disebutnya dengan
atom. Pandangan Demokritos merupakan cikal bakal dari ilmu fisika, kimia,
biologi.
9.
Socrates
(470-399 SM), metode filsafatnya langsung dalam kehidupan sehari-hari. Metode
filsafatnay yaitu dialektika (berckap-cakap). Socrates tidak menyampaikan
pengetahuan, tetapi dengan mempertanyakannya, ia biasa membidani ilmu
pengetahuan yang terdapat dalam jiwa orang lain.
10.
Plato (428-348
SM), dia adalah murid Socrates. Plato dikenal dengan filsafat dualism. Ia
mengakui adanya dua kenyataan yang terpisah dan berdiri sendiri. Dunia ide
adalah dunia yang tetap dan abadi, didalamnya tidak ada perubahan, sedangkan
dunia bayangan (inderawi) adalah dunia yang berubah, yang mencakup benda-benda
jasmani yang disajikan kepada indera.
11.
Aristoteles
(384-322 SM), ia merupakan murid Plato. Pola pemikiran Aristoteles ini
merupakan perubahan yang radikal. Menurut Plato, realitas tertinggi adalah yang
kita pikirkan dengan akal kita, sedang menurut Aristoteles realitas tertinggi
adalah yang kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles tidak menyangkal
bahwa bahwa manusia memiliki akal yang sifatnya bawaan, dan bukan sekedar akal
yang masuk dalam kesadarannya oleh pendengaran dan penglihatannya. Namun justru
akal itulah yang merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari
makhluk-makhluk lain. Akal dan kesadaran manusia kosong sampai ia mengalami
sesuatu. Karena itu, menurut Aristoteles, pada manusia tidak ada idea-bawaan.
B.
Zaman Abad
Pertengahan
Pada zaman ini merupakan keemasan bagi kekristenan. Pada abad ini,
perkembangan alam pikiran Eropa terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan
dengan ajaran agama. Pada zaman pertangahan, ada 2 “zaman” yang terjadi, yakni
zaman kegelapan dan zaman pencerahan.
1)
Zaman Kegelapan
(abad ke-12 dan 13 M)
Filsafat
Barat abad pertengahan bisa dikatakan abad kegelapan, karena pihak gereja
membatasi para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan terhambat dan
tidak bisa berkembang, karena semuanya diatur oleh doktirn-doktrin gereja yang
berdasarkan kenyakinan. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan
dari keyakinan para gerejawan, maka filosof tersebut dianggap murtad dan akan
dihukum berat sampai pada hukuman mati.
2)
Zaman
Pencerahan (abad ke-15 M)
Zaman ini merupakan gerakan untuk menentang pola pemikiran zaman
pertengahan yang dogmatis. Zaman Renaisans merupakan kelahiran kembali kebebaan
manusia dalam berpikir. Renaisans adalah zaman atau gerakan yang didukung oleh
cita-cita kembali manusia yang bebas. Manusia pada zaman ini berangsur-angsur
melepaskan diri dari otoritas kekuasaan Gereja, yang selama ini telah
mengungkung kebebasan dalam mengemukakan kebenaran dalam filsafat dan ilmu
pengetahuan. Tokoh pemikir pada zaman renaisans adalah:
a)
Nicolaus
Copernicus (1473-1543), ia mengemukakan bahwa matahari berada di pusat jagad
raya, dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu berputar pada porosnya, dan
berputar mengililingi matahari. Teori ini disebut heliosentrisme, dimana
matahari sebagai pusat jagad raya, bukan bumi seperti yang di ungkapkan
Ptolomeus, yaitu bumi sebagai pusat jagad raya.
b)
Francis Bacon
(1561-1626), Bacon adalah pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari
zamannya dengan menjadi perintis filsafat ilmu pengetahuan. Ungkapan Bacon yang
terkenal adalah knowledge is power, pengetahuan adalah kekuasaan.
C.
Zaman Abad
Modern
Lahirnya
filsafat modern ini didahului oleh zaman renaisans yang lalu dimatangkan oleh
gerakan Aufklaerung di abad 18. Ada dua hal penting yang ada di dalamnya yaitu:
1. Kekuasaan Gereja semakin berkurang
2. Kekuasaan ilmu pengetahuan semakin bertambah.
Pengaruh
zaman renaisans dan Aufklaerung menyebabkan peradaban dan kebudayaan barat
modern berkembang pesat, terbebas dari pengaruh-pengaruh dogma gereja.
a)
Rasionalisme
Semakin
lama manusia menaruh kepercayaan besar terhadap kemampuan akal, sehingga
tampaklah adanya keyakinan bahwa dengan keyakinan itu pasti dpat diterangkan
berbagai macam persoalan, dan dapat dipecahkannya segala macam masalah
kemanusiaan. Aliran filsafat rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan
yang memadai dan dapat dipercaya adalah akal.
·
Rene Descartes
(1598-1650) melalui metodenya dengan meragukan segala peryataan kecuali pada
satu pernyataan saja, yaitu bahwa ia sedang melakukan keragu-raguan itu
sendiri. Ia menegaskan bahwa ia dapat merguakn segala hal, namun satu hal yang
tidak mungkin diragukan adalah kegiatan meragukan kegiatan itu sendiri. Maka ia
sampai kebenaran yang tak terbantahkan, yakni: Saya berpikir, jadi saya ada
(cogito a.ergo sum).
b)
Empirisme
Aliran
ini bertolak belakang dengan aliran rasionalisme. Bagi penganut empirisme,
sumber pengetahuan yang memadai itu adalah pengalaman, pengalaman yang
menyangkut dunia dan pengalaman batin yang menyangkut pribadi manusia. Penganut
empirisme berkeyakinan bahwa manusia tidak memiliki ide-ide bawaan. Aliran
empirisme dipelopori oleh Francis Bacon abad 15. Melalui metode eksperimen
dalam metode penelitian dan penyelidikan. Menurut Bacon, manusia melalui
pengalamannya dapat mengetahui benda-benda dan hukum-hukum relasi antara
benda-benda. Thomas Hobbes juga meyakini bahwa pengenalan atau pengetahuan itu
diperoleh dari pengalaman. Berbeda dari pendahulunya, John Locke lebih
terdorong untuk mengemukakan tentang asal mula gagasan manusia, kemudian
menentukan fakta-fakta, menguji kepastian pengetahuan dan memeriksa batas-batas
pengetahuan manusia.
·
David Hume
(1611-1776), Ia adalah pengembang aliran empirisme, ia menegaskan bahwa sumber
satu-satunya untuk memperoleh pengetahuan adalah pengalaman, ia menentang kaum
rasionalis. Pemikiran Hume bersifat analitis, kritis, dan skeptis. Ia
berpangkal dari suatu keyakinan bahwa hanya kesan-kesanlah yang pasti, jel;as
dan tidak dapat diragukan.
c)
Kritisme
Tokoh
yang berada dalam aliran ini adalah Immanuel Kant (1724-1804). Kritisme adalah
sebuah teori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam unsur
dalam filsafat rasionalisme dan empirisme dalam suatu hubungan yang seimbang,
yang satu tidak terpisah dari yang lain. Menurut Kant, pengetahuan meruapakan
hasil terakhir diperoleh dengan adanya dua kerjasama diantara dua komponen
pengalaman inderawi, dan dilain pihak cara mengolah kesan-kesan yang bersangkutan sedemikian rupa
terdapat suatu hubungan antar sebab dan akibatnya. Kant mencoba untuk
menyatukan antara kaum rasionalisme dan empirisme. Pengetahuan rasional adalh
pengetahuan analitis apriori, disini predikat sudah termuat dalam subyek.
Pengetahuan empiris adlah pengetahuan yang sintetis aposteriori, disini
predikat dihubungkan dengan subyek yang berdasarkan pengalaman inderawi.
d)
Idealisme
Para
pengikut aliran idealisme pada umumnya filsafatnya bersumber dari Kant. Murid
Kant yang bernama Fichte merupakan penganut idealisme subyektif yang merupakan
murid Kant. Selain itu juga ada Scelling yang merupakan penganut filsafat
dengan idealisme objektif. Kedua idealisme tersebut itu nkemudian disintesiskan
oleh filsafat Hegel dalam filsafat idealisme mutlak.
Menurut
Hegel, hukum-hukum pikiran merupakan hukum-hukum realitas. Sejarah adalh zat
yang mutlak itu menjelma dalam waktu dan pengalaman manusia. Oleh karena alam
itu satu, dan bersifat mempunyai maksud serta berpikir, maka alam itu berwatak
pikiran. Jika kita memikirkan keseluruhan tata tertib yang menyangkut
in-organik, organik, tahap-tahap keberadaan spiritual dalam suatu tata tertib
yang mencakup segala-galanya. Pada saat itulah kita membicarakantentang yang
mutlak. Jiwa yang mutlak atau Tuhan. Hegel tidak mengingkari adanya realitas
luar atau realitas objektif. Hegel percaya bahwa sikapnya adalah satu-satunya
yang bersifat adil kepada segi objektif pengalaman.
e)
Positivisme
Aguste
Comte(1798-1857) adalah tokoh dan pendiri filsafat positivisme. Filsafat Comte
anti metafisis, ia hanya menerima fakta-fakta yang ditentukan secara positif ilmiah.
Comte mempunyai filsafat yang penting yaitu pencipta ilmu sosiologi.
f)
Marxisme
Karl
Marx (1818-1883) merupakan pendiri filsafat ini. Filsafat Marx merupakan
sintesis antara metode dialektika Hegel dan Filsafat materialisme Feurbach.
Marx mengkritik Hegel yang menurutnya berjalan diatas kepalanya, oleh karena
itu harus diputarbalikkan. Filsafat abstrak harus ditinggalkan, karena teori,
interpretasi, spekulasi dan sebagainya tidak menghasilkan perubahan dalam
masyarakat. Para filosof menurut Marx hanya sekedar menafsirkan dunia dengan
berbagai cara, namun yang terpenting adalah mengubahnya. Hal yang perlu diubah
itu adalah masyarakat yang tertindas oleh kaum borjuis dan kapitalis yang
menghisap kaum proletar.
D.
Zaman Abad
Kontemporer
Filsafat Barat kontemporer (abad XX) sangat heterogen. Hal ini
disebabkan antara lain karena profesionalisme yang semakin besar. Banyak filsuf
adalah spesialis bidang khusus seperti matematika, fisika, psikologi,
sosiologi, atau ekonomi. Hal penting yang patut dicatat adalah bahwa pada abad
XX pemikiran-pemikiran lama dihidupkan kembali. Misalnya, Neotomisme,
Neokantianisme, Neopositivisme, dan sebagainya. Di masa ini Prancis, Inggris,
dan Jerman tetap merupakan negara-negara yang paling depan dalam filsafat.
Umumnya, orang membagikan filsafat pada periode ini menjadi filsafat kontrental
(Prancis dan Jerman); dan filsafat Anglosakson (Inggris). Aliran-aliran
terpenting yang berkembang dan berpengaruh pada abad XX adalah pragmatisme,
vitalisme, fenomenologi, eksistensialisme, filsafat analitis (filsafat bahasa),
strukturalisme, dan postmodernisme.
·
Pragmatisme
mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang akibat-akibatnya bermanfat secara
praktis. Jadi, patokan pragmatisme adalah manfaat bagi kehidupan praktis.
Kebenaran mistis diterima, asal bermanfaat praktis. Tokoh-tokohnya yang
terpenting adalah William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952).
·
Vitalisme
berpandangan bahwa kegiatan organisme hidup digerakkan oleh daya atau prinsip
vital yang berbeda dengan daya-daya fisik, di mana segala sesuatu dapat
dianalisa secara matematis. Tokoh terpenting vitalisme adalah filsuf Prancis,
Henri Bergson (1859-1941).
·
Fenomenologi
berarti gejala atau apa yang tampak. Jadi, fenomenologi adalah aliran yang
membicarakan fenomena atau segalanya sejauh mereka tampak. Fenomenologi
dirintis oleh Edmund Husserl (1859-1938). Seorang fenomenolog lainnya adalah
Max Scheler (1874-1928).
·
Eksistensialismei
adalah aliran filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal pada
eksistensi. Eksistensi adalah cara berada di dunia. Cara berada manusia di
dunia berbeda dengan cara berada makluk-makluk lain. Tokoh-tokoh terpenting
eksistensialisme adalah Martin Heidegger (1883-1976), Jean-Paul Sartre
(1905-1980), Karl Jaspers (1883-1969), dan Gabriel Marcel (1889-1973). Soren
Kierkegaard (1813-1855), Friedrich Nietzsche (1844-1900) serta Nicolas
Alexandroyitch Berdyaev (1874-1948). Jean-Paul Sartre adalah filsul kontemporer
berpendapat bahwa manusia itu bebas atau sama sekali tidak bebas.
·
Filsafat
analitis muncul di Inggris dan Amerika Serikatv sejak sekitar tahun 1950. Filsafat analitis disebut juga filsafat
bahasa. Filsafat bahasa adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai hahekat bahasa, sebab, asal dan hukumnya. Filsafat ini merupakan reaksi
terhadap idéalisme, khususnya Neohegelianisme di Inggris.Para penganutnya
menyibukkan diri dengan analisa bahasa dan konsep-konsep. Memang ahli filsafat
sependapat bahwa hubungan bahasa dengan filsafat sangat erat bahkan tidak dapat
dipisahkan terutama dalam pengertian pokok bahwa tugas utama filsafat adalah
analisis konsep-konsep dank arena konsep tersebut terungkapkan melalui bahasa.
Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah Bertrand Rüssel, Ludwig Wittgenstein
(1889-1951), Gilbert Ryle, dan John Langshaw Austin.
·
Strukturalisme
muncul di Prancis tahun 1960, dan dikenal pula dalam linguistik, psikiatri, dan
sosiologi. Strukturalisme pada dasarnya menegaskan bahwa masyarakat dan
kebudayaan memiliki struktur yang sama dan tetap. Tokoh-tokohnya Levi Strauss,
Jacques Lacan, dan Michel Foucoult.
·
Aliran
postmodernisme muncul sebagai reaksi terhadap modernisme dengan segala
dampaknya. Seperti diketahui, modernisme dimulai oleh Rene Descartes,
dikokohkan oleh zaman pencerahan (Auflclaerung), dan kemudian mengabadikan diri
melalui dominasi sains dan kapitalisme. Tokoh yang dianggap memperkenalkan
istilah postmodern (isme) adalah Francois Lyotard, lewat bukunya The Postmodern
Condition: A Report on Knowledge (1984). Modernisme mempunyai gambaran dunia
sendiri yang ternyata melahirkan berbagai dampak buruk, yakni Pertama, obyektifikasi
alam secara berlebihan dan pengurasan alam semena-mena yang mengakibatkan
krisis ekologi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ditinjau dari sudut sejarah,
filsafat memiliki empat periodisasi. Periodisasi ini didasarkan atas corak
pemikiran yang dominan pada waktu itu. Pertama, adalah zaman Yunani Kuno, ciri
yang menonjol dari filsafat Yunani kuno adalah ditujukannya perhatian terutama
pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan asal
mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya gejala-gejala. Para filosof
pada masa ini mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagad raya, sehingga
ciri pemikiran filsafat pada zaman ini disebut kosmosentris. Kedua, adalah
zaman Abad Pertengahan, ciri pemikiran filsafat pada zaman ini di sebut
teosentris. Para filosof pada masa ini memakai pemikiran filsafat untuk
memperkuat dogma-dogma agama Kristiani, akibatnya perkembangan alam pemikiran
Eropa pada abad pertengahan sangat terkendala oleh keharusan untuk disesuaikan
dengan ajaran agama, sehingga pemikiran filsafat terlalu seragam bahkan
dipandang seakan-akan tidak penting bagi sejarah pemikiran filsafat sebenarnya.
Ketiga, adalah zaman Abad Modern, para filosof zaman ini menjadikan manusia
sebagai pusat analisis filsafat, maka corak filsafat zaman ini lazim disebut
antroposentris. Filsafat Barat modern dengan demikian memiliki corak yang
berbeda dengan filsafat Abad Pertengahan. Letak perbedaan itu terutama pada
otoritas kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan
otoritas kekuasaan mutlak dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada
zaman Modern otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu
sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun,
kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri yaitu akal. Kekuasaan yang
mengikat itu adalah agama dengan gerejanya serta Raja dengan kekuasaan
politiknya yang bersifat absolut. Keempat, adalah Abad Kontemporer dengan ciri
pokok pemikiran logosentris, artinya teks menjadi tema sentral diskusi filsafat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar